Aku mencintainya walaupun orang-orang menganggapnya berandalan yang suka membuat keonaran,aku mencintainya walaupun teman-teman sekolahku menganggapnya preman karena suka berkelahi. Mereka salah!dia bukan berandalan!dia juga bukan preman!
Cinta mengalir begitu saja tanpa diduga, seperti kapal terbawa arus, aku terhanyut dalam manis cintanya. Seperti debu terbawa angin aku terbang dalam indah kasih sayangnya. Tanpa aku sadari setan tertawa melihat kami terperosok jauh dalam jebakannya. Hingga cinta itu menghadirkan sesuatu dalam rahimku. Dia menggeliat dan perlahan mengerjat disana…aku hamil. Oh tuhan betapa cepat dosa itu kami perbuat tanpa kami sadari? betapa selama ini mata kami telah dibutakan oleh cinta. Oh tuhan betapa hinanya kami hingga tak layak mencium wangi surgamu…
Tak seperti pemuda pengecut yang melarikan diri setelah mengecap manis madu kekasihnya, dia bersedia bertanggung jawab. menebus dosa kami dengan menikahiku.
“aku berharap anak kita tak berakhir seperti nasibku” harapnya.
Menjadi anak yang tak diinginkan tentu saja bukan cita-citanya. Dicky…pangeranku dibuang di depan pintu gerbang panti asuhan ketika dia masih bayi. pada umumnya, anak yang yang berasal dari panti asuhan selalu dipandang sebelah mata bahkan dihina. Dan seperti itulah nasib dicky.
Orangtuaku murka ketika dicky mengutarakan niatnya untuk menikahiku. kami memang masih kelas 2 SMU tapi salahkah kami jika ingin menebus dosa dengan menyatukan cinta dalam mahligai pernikahan? Janin itu terlanjur bersemayam dalam kandunganku. Kami tak ingin membunuhnya, dosa kami sudah terlalu banyak hingga kami tak sanggup mengingatnya.
Dan petaka itu terjadi…
Belum sempat kami mengucap janji sehidup semati dihadapan Tuhan, nyawa dicky melayang di jalan raya. Seorang pengendara motor tak bertanggung jawab menabraknya ketika pulang dari rumahku. Tuhan inikah hukuman atas dosa yang telah kami lakukan?
Anak kami terlahir dirumah sakit. Tangisnya menyayat hatiku. Tangisan itu seperti ingin berteriak “dimana ayahku?!”. Tangis yang memilukan hingga aku tak sanggup mengatakan dimana ayahnya sekarang. Dicky lihatlah anak kita telah lahir kedunia tanpa kehadiranmu…
09 juni 2008
Anakku sudah berumur 5 tahun, dia memang lahir pada tanggal 09 juni 2003. dan sekarang 09 juni 2008. hari ini ulang tahunnya!
Pagi ini aku sendirian memandangi beberapa anak TK yang bermain ayunan dan prosotan di taman bermain. Sementara di sampingku tergeletak kotak berbungkus kertas biru.tak terlalu besar juga tak terlalu kecil. Isinya mobil-mobilan. Andai salah satu dari anak-anak TK itu adalah anakku, mungkin sekarang aku sudah menyerahkan kado ini padanya.
Tapi dimana anakku sekarang?! Aku tak tahu… Yang aku tahu keluargaku telah menitipkan anakku pada pasangan suami istri yang tak memiliki anak. mungkin itu lebih baik daripada mereka menitipkan di panti asuhan.
Setelah melahirkan, aku masuk ke salah satu SMU di kota Surabaya. Aku pindah dari sekolah lama karena aib yang menimpaku. Kulalui ritme kehidupan secara wajar, lulus SMU lalu melanjutkan kuliah. aku tak ingin muluk-muluk Aku hanya ingin berbakti pada orangtuaku, Walaupun mereka sudah memisahkanku dengan anakku. Cukup sudah aku mencoreng muka mereka karena kesalahanku.
Kupandangi lagi kado disampingku, tampaknya kadoku yang kelima ini tak akan tersampaikan lagi. Ya Tuhan seandainya kau pertemukan aku dengan anakku…
Sebuah kertas terbang terbawa angin, menari di atas udara lalu berhenti dan jatuh di bawah kakiku. Penasaran kuambil kertas yang ternyata sebuah gambar pemandangan alam. Pasti milik salah satu anak TK itu. Gambar yang bagus. Siapa pemilik gambar ini? Aku lihat nama pemilik gambar itu. Astaga! Seperti otomatis mataku melihat nama yang tertulis dikertas itu. Nama yang sudah sangat kukenal karena aku yang memberikan nama itu ketika dia lahir. Andre pramudya, anakku! Hampir saja aku berteriak.
“Tante itu milik saya “ seorang anak leki-laki berseragam Tk menghampiriku. Tuhan inikah darah dagingku? Sudah sebesar inikah anakku? Trimakasih ya tuhan…kau mendengar doaku dan mengabulkannya.
Ingin sekali aku memeluknya dan mengatakan bahwa aku ibunya. Tapi… aku tak bisa. Aku hanya bisa terpaku. Aku tak bisa bicara. Aku tak bisa berbuat apa-apa!
“Tante itu milik saya” ulang bocah itu. Aku gelagapan . aku betul-betul tidak tahu harus bicara apa.
“Ga…gambar yang bagus” ujarku gugup sambil menyerahkan gambar itu padanya. Aku tak bisa berhenti memandangi wajahnya. Andai kamu ada disini dicky…kamu akan tahu anak kita sekarang. Matanya tegas dan tajam seperti matamu, hidungnya mancung seperti hidungku, kulitnya sawo matang seperti kulit kita berdua, dan lihatlah senyumnya seperti senyummu...
“Andre, ayo sayang cepat pulang”
dari tepi jalan sana seorang wanita setengah baya memanggil anakku dari dalam mobil BMW hijau lumutnya. Anakku menoleh.
“Iya bu sebentar”
ibu? anakku memanggil wanita itu ibu? Rasa cemburu membakar hatiku. Dia bukan ibumu nak!aku ibu kandungmu! bukan dia! Aku yang melahirkanmu dengan tetesan darh peluh dan airmata! Bukan dia!
“Tante, andre pulang dulu ya”
anakku melangkah pergi meninggalkanku. Tidak nak! Jangan tinggalkan ibu lagi! Sudah cukup penderitaan ibu karena kehilangan ayahmu dan terpisah denganmu! Tuhan…Tolong beritahu dia bahwa aku ibu kandungnya!
Tolong ajari aku bagaimana caranya berbicara dengan anakku sendiri! Aku betul-betul tidak tahu dan tidak bisa!
“Andre!” kuberanikan diri untuk memanggilnya..langkahnya terhenti dan menoleh padaku.
Aku berdiri dan mendekatinya.
“Selamat ulang tahun sayang” ku serahkan kado itu padanya. Seperti yang sudah kuduga, anakku terkejut bukan main.
“Tante kok tahu kalo andre ulang tahun sekarang?” Tanyanya penasaran.
Oh tuhan… bagaiman aku mengatakannya. Ajarilah aku ya tuhan…
kumohon…
Rabu, 13 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar