Kamis, 18 September 2008

Akhir sebuah kebencian

‘hai” sapa seorang cowok bermata teduh yang sedang berdiri dihadapanku. Dari nada suaranya, tampaknya dia ragu-ragu ketika menyapaku. Ingin aku membalasnya tapi sisi hatiku yang lain berontak, menyuruhku pergi berlalu meninggalkannya.
Kenapa dia harus berada ditempat ini?! Jeritku dalam hati. Belum puaskah dia mengacaukan kehidupanku lima tahun lalu?!
Tidak bisakah dia membiarkanku hidup tenang?! Dasar pengacau! Atau mungkin dia memang dilahirkan untuk membuat kekacauan dalam hidupku!
Melihatnya berada dikampus ini hanya akan mengingatkan aku pada sebuah luka yang tak akan bisa terobati sampai kapanpun. Luka itu masih menganga lebar sampai saat ini…disini…didalam hatiku yang paling dalam…!
Kata orang, waktu akan menyembuhkan luka. Tapi bagiku… waktu hanya bisa membusukkan luka! lima tahun lamanya aku berkubang dalam duka karena cinta palsu dari orang aku cintai sewaktu SMP.
Kini setelah aku berpikir kenangan itu akan hilang. Dia datang lagi!
“Bunga!”seru seseorang dibelakangku. Aku tak menoleh karena aku sudah mengenal dengan baik pemilik suara itu. Suara yang dulu pernah meluluhkan hatiku dengan kata-kata cinta.
Suara yang dulu sering mengalunkan lagu cinta untukku… ya cinta yang berkedok taruhan uang lima ratus ribu rupiah!
Kupercepat langkah karena suara itu semakin jelas kudengar. Dan benar saja sebuah tangan mencengkeram lenganku memaksaku untuk menghentikan langkah.
“Lepaskan!” jeritku penuh emosi. Amarah yang selama lima tahun aku pendam kini tumpah ruah tanpa bisa kutahan. Dia terpana melihat sikapku yang tak diduganya. Biarlah! Biar dia tahu seberapa besar luka yang dia torehkan padaku selama ini!
“Maaf” pintanya sambil melepaskan tangannya dari lenganku.
“Sekarang apa yang kamu inginkan ?! Belum puas kamu mempermainkan hatiku?!”
cetusku. Tiba-tiba saja aku menyesal saat melihat ekspresi bersalah diwajahnya, lebih seperti orang yang tersiksa…
“Maaf ” gumamnya pelan
Ha? Minta maaf? Terlambat lima tahun untuk itu! Dimana sih otaknya! Sepanjang waktu aku menunggu kata maaf dari mulutnya!
Aku bersiap-siap meninggalkannya tapi lagi-lagi dia mencegahku.
“Aku tahu kamu masih marah padaku. Aku pantas untuk kamu caci maki tapi aku mohon dengan sangat, kamu dengarkan penjelasanku…selama lima tahun setelah kepindahan kamu dari sekolah yang lama aku mencarimu untuk meminta maaf atas kesalahanku, tapi…”
“Oh! Jadi kamu jauh-jauh dari Jakarta ke surabaya hanya untuk meminta maaf dariku?! Simpan saja maaf kamu sampai mati!” cetusku.
Setelah mengatakannya, aku melangkahklan kaki lebih cepat. Aku berlari menghindarinya. Bagiku semua sudah telambat! Hatiku sudah terlanjur sakit! cinta tulus yang dulu pernah aku persembahkan untuknya kini telah berakhir dengan kebencian yang cukup dalam dan tak akan tergali oleh obat apapun didunia ini!
“Bunga! Awas!” pekik ferdy ketika aku sampai di pertengahan jalan raya. Dia mendorongku hingga terjerembah ketepi jalan raya. Detik selanjutnya aku mendengar bunyi tabrakan yang membuatku harus menangis histeris saat melihat kebelakang.
Ferdy…dia tertabrak truk karena menyelamatkanku…
“Dia sangat mencintaimu… bahkan terlalu sampai dia tersiksa oleh cintanya sendiri” kata steven, teman ferdy ketika SMP. Steven menyerahkan sebuah buku tebal padaku. Dengan tangan bergetar aku menerima buku diary milik ferdy. Sampul buku itu terlihat sangat kusut karena dimakan waktu.
06 agustus 2000
Oh God aku jatuh cinta pada kupu-kupu itu. Siapa yang menyangka cinta yang awalnya aku rekayasa kini jadi kenyataan? Aku terpaksa menerima taruhan itu karena aku memang membutuhkan uang untuk membayar SPP. Semenjak bercerai dari ayah, ibu sudah tak sanggup membiayai sekolahku. Uang hasil ngamen bersama teman-teman tak bisa lagi kuandalkan. Bunga… maafkan aku telah membohongimu… tapi sekarang aku benar-benar jatuh dalam cintamu…
Dan kali ini aku tak akan membohongimu lagi… Aku benar-benar mencintaimu…
10 agustus 2001
Oh God dia tahu semuanya…! Bagaiman aku menjelaskanya? Sementara melihatku saja dia tak sudi!
11 agustus 2001
Kenapa semua jadi begini?! Dia keluar dari sekolah ini! dia pindah kesurabaya!
Bahkan sebelum aku sempat meminta maaf padanya dia sudah pergi meninggalkan aku yang kini telah mencintainya! Andai aku tahu alamatnya…mungkin aku akan pergi kesana. Berlutut dihadapannya dan meletakkan hatiku yang kini jadi miliknya ditanganya.tapi…
12 agustus 2001
Oh God… Aku harus mencarinya kemana?
Aku tak sanggup lagi membaca buku itu. Aku segera menuju ruag ICCU. Ferdy…aku menyanyangimu… Aku ingin berada disampingmu… Jika kamu kesakitan, aku akan memelukmu agar rasa itu berpindah padaku…Jika kamu siuman, aku ingin jadi orang pertama yang kamu lihat…
Aku tertegun diruang iccu,seorang dokter muda keluar dengan wajah putus asa.
“Maaf, kami sudah berusaha tapi tuhanlah yang menentukan…”
kerongkonganku terasa tercekat. Bergumpal-gumpal kesedihan membuatku diam mematung disana…
“Ferdy…”
butiran airnataku tak sanggup membendungnya.
“Ferdy!!!!” jeritku saat mengetahui orang yang aku sayangi terbaring diatas ranjang. Seorang suster menutupi wajah ferdy dengan selimut.
Jangan tutup kepelanya! Ferdy masih hidup! Dia belum mati! Umurnya masih 21 tahun!
Mestinya hidupnya masih panjang! Ferdy tidak boleh mati!
Ya robbi kenapa aku harus melihat ferdy seperti ini?mengapa aku harus melihat ferdy meninggal dalam kedaan yang menyedihkan seperti ini?
Aku melihat semua saudara dan teman-temannya berjalan mendekati Ferdy dengan pandangan mata paling sedih yang pernah kulihat.
Sebagian lagi menangis sambil menyentuh tangan ferdy dengan tersedu. Tapi tiada yang lebih hancur dibandingkan aku saat menghadapi kejadian ini. Mereka menangis karena merasa kehilangan sementara aku menangis karena merasa kehilangan dan rasa bersalah yang amat dalam.
Tolong bangunkan ferdy ya Tuhan… kumohon…

Tidak ada komentar: