Minggu, 06 Juni 2010

badai pasti berlalu

Aku ingin memiliki malaikat kecil yang terlahir dari rahimku sendiri. keinginnaku sudh kupendam sejak lama. sejak aku masih duduk dibangku sma. melihat tingkah polah dan mendengar tangis tawa mereka membuat hatiku terasa damai dan tentram. keingin semakin bertambah kuat saat aku KKN didesa cengkrong. suatu sore saat aku asyik menulis hasil wawancara dengan warga desa, seorang balita kecil mencariku dikost2an. aku mengajaknya bermain dan belajar berhitung. kira2 2 am kemudian, seorang ibu datang sambil menangis. beliau mencari-cari anaknya yang dikira hilang. ternyta anak yang kugendong adalah... anak ibu itu. aku segera menjelaskannya karena takut dikirapenculik, dan dilaporkan ke kantor polisi. untung ibu ituy percaya.
teman2 yang mngetahui kejadian itu menegurku
" makanya kamu bikin anak sendiri, biar ga main sama anak orang terus"
aku ingin...
tapi aku tahu aku bukan siti maryam yang bisa melahirkan nabi isa tanpa perantara laki-laki.aku masih trauma dengan cinta laki-laki. luka itu masih menganga lebar hingga sekarang. aku pernah mencintai ustadz ku sendiri. kami salinng mencintai. tapi kami menolak pacaran, langsung tunangan. diakhir cerita dia meninggalkanku demi menikahi wanita kaya raya yang lebih tua 5 tahun dari usianya.
lelaki kedua menghempaskanku dalam jurang keduakaan bernama fitnah. dia sering menamparku hany karena masalah sepele. sisi hatiku trekoyak karena dia ingin berpoligami jika kami menikah nanti. aku tahu islam tak melarangnya, tapi selama aku masih sanggup melayani dan membahagiakan suamiku,tak ada alasan baginya untuk menduakannku meski dengan alsan ingin menolong! aku berpikir inilah petunjuk dari TUhan agar aku mengakhiri kisah cinta penuh airmata ini. tapi apa konsekuensi dari permintaanku itu, dia memfitnahku sebagai wanita murahan. sejak itu tatapan mata jijik yang melecehkanku menjadi santapan sehari-hari.
dan aku pun terjatuh lagi...
lagi...
dan lagi...
hingga pada akhirnya pernikahanku menghempasku dalam jurang duka yang lebih dalam lagi...
Aku berusaha bangkit mengatasi rasa traumaku. aku mencoba berdiri, membuka hati. dan aku yakin Tuhan mendengar doaku dan mempertemukanku dengan seseorang untuk menjadi imam yang baik bagiku. bersamanya aku ingin membangun rumah tangga berhias cinta dan kasih sayang. bersamanya aku ingin membangun rumah mungil dengan malaikat2 lucu yang soleh dan solikhah didalamnya.